Diare

LAPORAN PENDAHULUAN DAN PROSES
KEP. ANAK DIARE


A.    Masalah Kesehatan

I.       Definisi

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak. Konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Dapat bersifat akut atau kronis. Diare kronik didefinisikan jika lamanya lebih dari 2 minggu.
Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastiointestinal atau penyakit lain diluar pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan penyakit diare, karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya.

II.    Etiologi

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa factor :
1.      Faktor infeksi
a.       Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
-          Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
-          Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
-          Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia Trichomonas hominis). Jamur (Candida albicans).
b.      Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringilis, bronkopneumonia, ensefalitis clan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2.      Faktor mallabsorbsi                      
-          Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laklosa, maltosa dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa fruktosa, dan galaktosa), Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa),
-          Malabsorpsi lemak.
-          Malabsorpsi protein.
3.      Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4.      Faktor psikologis
rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

III.    Manifestasi Klinis

Mula-mula pasien cengeng, gelisah suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena, sering deteksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak; yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik.
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam kedaan dehidrasi berat dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12 ½%. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran umum (apatis, somnolen, kadang sampai soporokomateus).

IV. Komplikasi

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :
1.      Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotnik, isotonic atau hipertonik)
2.      Renjatan hipovolemik
3.      Hipokalemia (dengan gejala mateorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram)
4.      Hipoglikemia
5.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase
6.      kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
7.      Malnutrisi energi protein (akibat muntah diare, jika lama atau kronik)

Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi
Penilaian
A
B
C
1.      Keadaan Umum
2.      Mata

3.      Air Mata
4.      Mulut dan lidah
5.      Rasa haus


6.      Turgor kulit
7.      Hasil pemeriksaan




8.      Terapi
Baik, sadar

Normal

Ada
Basah

Minum biasa tidak haus

Kembali cepat
Tanpa dehidrasi





Rencana terapi A
Gelisah, rewel

Cekung

Tidak ada
Kering

Haus, ingin minum banyak *

Kembali
Lambat*
Dehidrasi ringan/sedang
Bila ada ! tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain
Rencana terapi B
Lesu, lunglai, atau tidak sadar*
Sangat cekung dan kering
Tidak ada
Sangat kering

Malas minum atau tidak bisa minum*
Kembali sangat lambat*
Dehidrasi berat* bila ada 1 tanda * ditambah satu atau lebih tanda lain
Rencana terapi C

B.     Masalah Keperawatan

-          Defisit volume cairan
-          Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
-          Kerusakan integritsa kulit
-          Perubahan kenyamanan (nyeri)
-          Intoleransi aktivitas
-          Potensial komplikasi hypovolemik
-          Potensial komplikasi MEP
-          Potensial komplikasi asidosis metabolic

C.    Proses Keperawatan

I.       Fokus Pengkajian Keperawatan

1.      Riwayat yang berhubungan
Perjalanan penyakit (lamanya karakteristik), penyakit lainnya di rymah, perhatikan diet perawatan rumah, cairan, berat anak, pola bowel normal, pendapatan anak/orang tua tentang kemungkinan penyebab, perubahan pada kebiasaan akitivitas
2.      Pemeriksaan Fisik
Tanda vital tingkat kesadaran, tingkat hidrasi, karakteristik dan pola eliminasi (frekuensi, warna, adanya darah, jumlah penurunan substasi atau gula) kutur parasit, distensi abodomen/cramp, kondisi kulit, reaski verbal dan nonverbal mengindikasikan nyeri
3.      Riwayat Psikososial
Tingkat perkembangan, mekanisme koping, kebiasaan (apa yang membuat anak nyaman, kebiasaan tidur/makan, benda kesukaan)
4.      Pengetahuan pasien dan keluarga
Komplikasi (dehidrasi, malnuttrisi), diet, tingkat pengetahuan, kesiapan dan kesediaan untuk belajar.
5.      Pemeriksaan penunjang
a.       Facces micros dan culture (recea swab)
b.      Elektrolit
6.      Terapi
a.       Terapi A :
-          Mengatasi diare tanpa dehidras
-          Meneruskan terapi diare di rumah

 

Kebutuhan Oralit Perkelompok Umur

Umur
Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB
Jumlah oralit yang disediakan di rumah
< 12 bulan
1-4 tahun

> 5 tahun

Dewasa
50 – 000 ml
100 – 200 ml

200 – 300 ml

300 – 400 ml
400 ml/hari (2 bungkus) 600 – 800 ml/hari (3-4 bungkus)
800-100 ml/hari (4-5 bungkus
1200-2800 ml/hari
-          Memberikan terapi awal jika anak terkena diare lagi

b.      Terapi B
-          Dalam 3 jam pertama, berikan 75 ml/kg BB atau bila berat badan anak tidak diketahui dan atau memudahkan lapangan, berikan oralit paling sedikit sesuai table :

Jumlah Oralit yang diberhkan Pada 3 Jam Pertama

Umur
< 1 tahun
1-5 tahun
> 5 tahun
Dewasa
Jumlah oralit
300 ml
600 ml
1200 ml
2400 ml

-          Bila anak menginginkan lebih banyak oralit maka berikanlah
-          Dorong ibu meneruskan ASI
-          Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI, berikan juga 100-200 ml air masak selama ini
c.       Terapi C
-          Pemberian cairan intra vena
-          Pengobatan terdekat dalam 30 menit
-          Jika penderita tidak bisa minum segera rehidrasi melalui nasogastrik atau intravena

II.    Diagnosa Keperawatan
-          Defisit volume cairan berhubungan dengan vomiting, diare, kehilangan cairan berelebihan
-          Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan inadequate absorbsi nutrisi
-          Gangguan integritas kulit b/d iritasi/seringnya BAB
-          Nyeri b/d distensi abdomen /kram
-          Intoleransi aktifitas b/d proses penyakitnya

II.          Intervensi Keparawatan
1)      DxI
-          Monitor TTV tiap 4 jam dan kaji abnormalitas
R/ Untuk mencegah komplikasi
-          Monitor tanda-tanda peningkatan dehidrasi ex: keelastisan turgor kulit. Mukosa membran
R/memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat dehidrasi
-          Monitor intake, output cairan tiap jma secara akurat
R/ Indikator langsung dari dehidrasi/perfusi organ dan dungsi memberikan pedoman untuk penggantian cairan
-          Perhatikan adanya edema
R/ Edena dapat terjadi karena perpindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar albumin serum/protein
-          Pentau pemeriksaan laboratorium misalnya Hb/Ht, elektrolit, BUN/G/
R/ memberikan informasi tnetang dehidrasi dan kebutuhan penggantian dan fungsi organ
-          Kolaborasi pemberian cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi
R/ memperhatikan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit
2)      Dx II
-          Identifikasi factor-faktor yang berhubungan dengan diet, pengobatan dan bahan makanan
      R/ mempunyai pilihan intervensi
-          Timbang berat badan sesuai indikasi. Catat masukan dan keluaran
      R/ mengidentifikasi status cairan serta memastikan kebutuhan metabolik
-          Auskultasi bising usus, palpasi abdomen. Catat pasase flatus
Menentukan kembalinya peristaltic (biasanya dalam 2 – 4 hari)
-          Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C
      Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet, protein vitamin C adalah kontribusi utama untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi adalah factor dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi
-          Kolaborasi dengan ahli diet, tim pendukung nutrisi. Berikan NPT enterol/parenteral sesuai indikasi
      R/ memenuhi kebutuhan diet individu
3)      DxIII
-          Kaji iritasi kulit terutama pada daerah penekanan
R/ Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan mobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak
-          Berikan alas tempat tidur yang halus, ganti tiap 2-3 hari sekali atau sesering mungkin saat kotor
R/ menghindari kerusakan kulit dengan mencegah/menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit
-          Ajarkan permukaan kulit kering bdan bersih (daerah anal) batasi penggunaan sabun
R/ area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogen sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan
4)      Dx IV
-          Kaji tingkat respon, nyeri klien secara hati-hati
R/ berguna dalam pengawasan dan kemajuan penyembuhan
-          Minimalkan anak mengangis maupun menjerit karena dapat meningkatkan nyeri
R/ menangis daan menjerit meningkatkan stress
-          Batasi aktifitas yang berlebihan sesuai kondisi, beri terapi bermain sesuai kondisi
R/ aktifitas-aktifitas yang berlebihan merangsang peristaltic abdomen dan bermain dapat meningkatkan relaksasi
-          Rubah posisi klien tiap 2 jam
R/ Untuk meningkatkan sirkulasi jaringan
-          Tempatkan warm cloth pada bagian abdomen untuk kram perut serta ajarkan teknik atrkasi dan relaksasi pada klien
R/ mengurangi tingkat nyeri pada bdomen

5)      DxV
-          Awasi Td, nadi , pernafasan selama dan sesudah aktivitas
      Catat respons terhadap tingkat aktivitas
      R/ mengidentifikasi fungsi organ tubuh (jantung, paru)
-          Tingkatkan tirah baring. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung sesuai keperluan
      R/ meningkatkan istirahat dan ketenangn, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan
-          Ubah posisi dengan sering berikan perawatan kulit yang baik
      R/ meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area unt uk mencegah kerusakan jaringan


REFERENSI


-          Dangoes, E. Marilyn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC
-          Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media Aeascolapius
-          Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. Jakarta. EGC








No comments:

Post a Comment